SUMENEP - Pekerja seni di sejumlah daerah resah. Itu karena aktivitas yang mereka geluti mulai ditinggal peminat. Indikasinya, ketika mereka pentas di sejumlah pagelaran seni, masyarakat terkesan cuek dan tidak antusias.
Salah seorang pekerja seni musik tradisional Ul - Daul Desa Kaduara Temor, Kecamatan Pragaan, Abdurrahman, 45, mengatakan, sikap masyarakat yang kurang menghargai kesenian mengurangi semangatnya untuk berkarya. Sikap ini juga mengindikasikan masyarakat telah meninggalkan kakayaan daerahnya.
Padahal, menurut dia, semangatnya menekuni dunia kesenian bukan semata mencari materi. Tapi untuk menjaga kesenian daerah agar tidak punah. Karena itu dia mengajak masyarakat tetap menjaga dan bersama melestarikan kesenian daerah.
“Seni tradisional ini warisan nenek moyang, harus dijaga,” kata penabuh gendang ini.
Pekerja seni lainnya, Amir Hasan, 30, mengaku kadang jengkel dengan sikap acuh tak acuh masyarakat. Apalagi, ketika ada yang membandingkan dengan musik modern lainnya.
Namun begitu, dia mengaku tidak memasukkan dalam hati. Dia beralasan, memelihara kelestarian kesenian daerah sebentuk kecintaan terhadap leluhurnya. “Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan melestarikannya,” tandas peniup Saronen ini.
Pengamat kesenian lokal, M. Athink, mengakui adanya kecenderungan masyarakat yang berubah terhadap kesenian daerah. Mereka lebih menyenangi sesuatu yang baru.
Misalnya, kata dia, Saronen mulai punah dan generasinya semakin habis. Dalam kurun tertentu, kesenian daerah bisa habis sama sekali. “Bagaimana tidak, wong tak ada lagi yang berusaha melestarikannya,” katanya lalu menggelengkan kepalanya.
Sabtu, 27 November 2010
Kesenian Lokal Madura Terancam Punah
Diposting oleh Nitz_nRawVie di 05.29
Label: All About Madura
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar